Jumat, 11 September 2009

Norwegia Tawarkan Empat Hercules

Jumat, 11 September 2009 18:00 WIB | Peristiwa | Politik/Hankam | Dibaca 531 kali
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Norwegia menawarkan empat unit pesawat angkut C-130 Hercules tipe H kepada Indonesia, kata Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Muda TNI Imam Wahyudi, Jumat.

Ditemui ANTARA di ruang kerjanya di Jakarta, ia mengatakan, empat unit Hercules tipe H itu sebelumnya telah digunakan angkatan udara Norwegia.

"Karenanya mereka (Pemerintah Norwegia) akan melakukan retrovit atau peremajaan terhadap empat Hercules tersebut sebelum diberikan kepada Indonesia," katanya.

Imam mengatakan, empat unit Hercules tipe H yang ditawarkan tersebut keseluruhannya bernilai 66 juta dolar AS. "Ya dengan harga segitu, lumayan juga untuk menambahkan kekuatan skadron Hercules kita, jika pemerintah Indonesia tertarik membelinya," katanya menambahkan.

Sebelumnya, AS menjanjikan bantuan pengadaan enam pesawat angkut C-130 Hercules tipe H dan J untuk Indonesia.

Bantuan berupa potongan harga dengan menggunakan fasilitas Foreign Military Financing (FMF) dan bantuan suku cadang bagi pesawat angkut berat Hercules.

Australia menawarkan Hercules Tipe J, namun pesawat dari Australia masih jangka panjang, kendati prosesnya sudah dilaksanakan sejak sekarang, namun realisasinya masih lama.

Hingga kini Indonesia memiliki satu skadron C-130 Hercules berbagai tipe, yakni C-130 Hercules VIP, C-130 H/HS, C-130 B/H dan C-130 BT dengan tingkat rata-rata kesiapan 60 persen atau sekitar sembilan unit.

Meskipun telah puluhan tahun, TNI AU tetap menggunakan dan memelihara C-130 Hercules melalui perawatan terjadwal service life extension programmed (SLEP), inspection repair as necessary (IRAN), dan program retrofit dengan biaya 51 juta dolar AS untuk empat pesawat agar dapat bertugas lebih lama lagi yakni sekitar 15 tahun.

"Kini dari empat Hercules yang menjalani peremajaan di Singapura, dua telah selesai, dan dua sisanya masing-masing diremajakan di Singapura dan Depo Pemeliharaan 10 TNI AU," demikian Imam.(*)

Selasa, 14 Juli 2009

TNI Siapkan Pengadaan Alutsista Baru

TNI Siapkan Pengadaan Alutsista Baru

Jakarta (ANTARA News) - TNI akan memfokuskan kenaikan anggaran pertahanan sebesar 20 pada APBN 2010, untuk pengadaan sejumlah alat utama sistem senjata baru menggantikan alat utama sistem senjata yang telah lama dikandangkan seperti pesawat OV-10 Bronco dan Hawk MK-53 TNI Angkatan Udara (AU).

"Tentu itu akan diadakan bertahap, tidak langsung masing-masing satu skadron. Kenaikannya kan juga harus diprioritaskan juga untuk pemeliharaan dan perawatan alat utama sistem senjata yang masih digunakan," kata Juru Bicara TNI Marsekal Muda TNI Sagom Tamboen di Jakarta, Selasa.

Selain itu, TNI akan mengajukan kembali sisa pengadaan helikopter Mi-17 bagi TNI Angkatan Darat (AD) dan kapal selam yang masih tertunda pengadaannya bagi TNI Angkatan Laut (AL).

"Semua alat utama sistem senjata itu, selama ini telah diajukan namun belum bisa direalisasikan karena keterbatasan anggaran. Jadi, kita masih melanjutkan program yang sudah direncanakan sebelumnya," kata Sagom.

Untuk pengajuan beberapa alat utama sistem senjata itu, tambah dia, masih digodok terlebih dulu di masing-masing angkatan untuk kemudian dibawa ke Mabes TNI dan dibahas bersama Departemen Pertahanan dan instansi terkait seperti Departemen Keuangan.

Sebelumnya, Sekjen Departemen Pertahanan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin mengemukakan, segera menggelar rapat bersama Mabes TNI untuk membahas apa saja yang akan difokuskan menyusul rencana kenaikan anggaran pertahanan/TNI sebesar 20 persen pada APBN 2010.

"Kami (Dephan) akan bahas bersama TNI untuk menentukan apa saja yang bisa dilakukan dengan kenaikan anggaran itu. Setelah itu, baru kami berkoordinasi dan membahas bersama instansi terkait seperti Departemen Pertahanan," ujarnya.

Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjelaskan, dalam rancangan APBN 2010, pemerintah mengusulkan kepada DPR untuk menaikkan anggaran pertahanan lebih dari 20 persen dari Rp 33,6 triliun pada 2009 menjadi Rp 40,6 triliun.

"Secara sistematik, tahun demi tahun, kita menuju angka yang dibutuhkan untuk mencapai kekuatan minimum yang diperlukan, antara Rp 100-120 triliun," ujar Presiden.(*) COPYRIGHT © 2009

Kamis, 25 Juni 2009

Personil Pesawat Udara Dilarang Berbisnis

sumber: Tempointeraktif.com

Kamis, 25 Juni 2009 | 17:17 WIB

TEMPO Interaktif, Magetan - Kepala Dinas Material TNI AU Marsekal Pertama I Ketut Sudiasa melarang semua personil pesawat udara berbisnis. Hal itu dikhawatirkan memicu ketidak hati-hatian mereka dalam mengeporasikan pesawat hingga berbuah kecelakaan.

Dalam arahannya kepada perwira Korp Perbekalan Lanud Iswahjudi dan Insub di Dinning Hall Lanud Iswahjudi Magetan Kamis (25/6) tadi siang, Sudiasa mengatakan salah satu penyebab terjadinya musibah kecelakaan udara berawal dari angkutan. Mereka diminta melaksanakan tugas penerimaan barang ke dalam pesawat dengan hati-hati.

“Jangan mudah tergiur untuk melakukan tindakan di luar prosedur demi mencari untung,” katanya.

Meski tidak menjelaskan kegiatan para personil pesawat udara dalam mencari untung tersebut, dia mengakui jika selama ini kehidupan prajurit TNI AU masih kurang layak. Sebagai unsur pimpinan, Sudiasa berjanji akan memperjuangkan kesejahteraan personilnya agar tetap konsisten dalam bertugas sehari-hari.

Dia juga menegaskan bahwa setiap prajurit harus memiliki mentalitas sederhana dan pengabdian yang tulus kepada negara. Ini berarti, seberapapun penghargaan yang diberikan negara kepada mereka, setiap prajurit dilarang keras mencari penghasilan tambahan di luar prosedur.

“Kami tidak menginginkan peristiwa kecelakaan pesawat terbang TNI terus berlanjut,” katanya.

Kedatangan Kadismatau beserta rombongan ini diterima Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro. Kadismata juga menyempatkan diri mengunjungi Depohar 60 Lanud Iswahjudi sebelum memberikan pengarahan kepada Perwira Korp Perbekalan.

HARI TRI WASONO

Rabu, 24 Juni 2009

Alat Perekam Pesawat Tempur Diperbarui

sumber: Tempointeraktif.com

Rabu, 24 Juni 2009 | 15:34 WIB

TEMPO Interaktif, Magetan: Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AU akan mengganti alat perekam di setiap pesawat tempur, transport, dan helikopter. Selama ini tim investigasi kerap kesulitan menyelidiki penyebab kecelakaan pesawat terbang akibat minimnya perekam yang ada.

Staf Dinas Komunikasi dan Elektronika TNI AU Letnan Kolonel Eddy S mengatakan pemasangan alat perekam ini merupakan hasil kerjasama TNI AU dengan PT Infloglobal Teknologi Semesta (PT. ITS) yang baru saja ditandatangani. Alat tersebut akan dipasang pada Pesawat F-16/Fighting Falcon dan F-5/Tiger yang bermarkas di Lanud Iswahjudi Magetan serta Pesawat Shukoi yang bermarkas di Lanud Hasanuddin Makasar.

“Alat perekam ini berupa video cassete recorder dan telah dicobakan di pesawat F-5/Tiger di Skadron Udara 14,” kata Eddy S usai menerima penjelasan Direktur PT. ITS Adi Sasongko di Ruang Briefing Penerbangan Disops Lanud Iswahjudi, Rabu (24/6).

Menurut dia, pemasangan alat perekam ini akan memudahkan tim investigasi kecelakaan udara untuk melacak kronologis musibah. Sebab proses investigasi kecelakaan selama ini kerap terhalang minimnya petunjuk yang diperoleh di bangkai pesawat. Sementara berdasarkan mekanisme penyelidikan kecelakaan, gangguan teknis maupun non teknis sekecil apapun harus teridentifikasi dengan baik.

Ketua Tim Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AU Kolonel Lek Teguh P.S mengatakan selama ini alat perekaman yang terpasang di pesawat tempur F-5 E/F masih menggunakan Video Cassete Recorder (VCR). Berdasarkan pengalaman terbang yang ada, peralatan tersebut sudah tidak dapat merekam karena statusnya yang absolutte.

Dia menambahkan kehadiran VDR di tiap kabin pesawat tempur ini mampu melakukan perekaman audio maupun video selama penerbangan. Alat ini juga dilengkapi Hardisk Solid State SATA 64 GB yang dapat merekam kegiatan penerbangan selama 11 jam.

“Dengan alat ini efektifitas dan efisiensi perekaman proses penerbangan pesawat tempur F-5 E/F bisa lebih optimal,” katanya.

HARI TRI WASONO

Pangkoopsau II: Prajurit AU Jangan Takut Terbang

Pangkoopsau II: Prajurit AU Jangan Takut Terbang
(Foto ANTARA)
Makassar (ANTARA News) - Panglima Komando Operasi TNI AU (Pangkoopsau) II, Marsekal Muda (Marsda) TNI Yushan Sayuti meminta prajurit jajaran Koopsau II untuk tidak takut melaksanakan tugas-tugas penerbangan.

Menyikapi beberapa musibah kecelakaan yang menimpa pesawat-pesawat TNI AU belakangan ini, Yushan Sayuti menyatakan semua itu merupakan bagian dari takdir Yang Maha Kuasa.

Kepada wartawan di Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (23/6), Pangkoopsau II menegaskan, semua awak pesawat sangat tidak mengharapkan pesawat yang diawakinya mengalami kecelakaan. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan penerbangan para awak pesawat selalu melakukan persiapan-persiapan yang optimal sesuai prosedur.

Pangkoopsau II berada di Kendari, dalam rangka memimpin serah terima jabatan Komandan Lanud Wolter Monginsidi, dari Letkol Pnb I Gusti Ngurah Agung Ariateja kepada Letkol Pnb Arifien Sjahrir, kata Kepala Penerangan Koopsau II, Mayor Sonaji Wibowo.

"Beberapa kecelakaan pesawat yang dialami TNI AU belakangan ini saya pikir sudah menjadi takdir, tetapi yang jelas kita semua sangat tidak mengharapkan terjadinya kecelakaan pesawat, sebagai langkah antisipasinya sebelum terbang pasti dilakukan persiapan-persiapan sesuai prosedur yang optimal," kata Pangkoopsau II.

Dia menambahkan, hasil penyelidikan tim PPKPU belum selesai, saat ini tim masih terus bekerja. Pangkoopsau II berjanji kalau sudah ada kesimpulan, hasilnya akan disampaikan kepada masyarakat.

"Nanti ketika sudah selesai penyelidikannya, dimanapun kejadian itu akan kita sampaikan kepada masyarakat," jelas Pangkoopsau II.

Pangkoopsau II menampik kalau usia pesawat TNI AU menjadi biang keladi beberapa kecelakaan pesawat-pesawat TNI AU.

Orang nomor satu di Koopsau II ini menjelaskan, kalau semua pesawat Koopsau II selalu mengalami pra kondisi, yaitu pengecekan dan penggantian setiap suku cadang apabila memang usianya sudah habis, baik oleh jam terbang maupun on condition.

"Semua itu selalu dilakukan, tidak mungkin pesawat terbang tanpa dikatakan siap operasional, pesawat itu terbang, tentunya harus siap operasional," ujarnya.

Pangkoopsau II juga menolak kalau keterbatasan anggaran berpengaruh tingkat accident pesawat.

Menurutnya, selama ini anggaran untuk pemeliharaan pesawat tidak ada masalah yang berarti. "Seperti yang disampaikan Presiden, anggaran untuk perawatan pesawat tidak dikurangi," tegas Pangkoopsau II.

Mengantisipasi ke depan, pihak TNI AU saat ini telah melakukan beberapa langkah yang signifikan.

Untuk meningkatkan profisiensi, jam terbang awak pesawat, akan dikembalikan kepada standar semula yaitu lima belas jam terbang. Dengan demikian kemampuan awak pesawat akan tetap dapat dipertahankan, ujarnya.(*)

Selasa, 23 Juni 2009

Teknisi Iswahjudi "Hidupkan" Pesawat Tempur Inggris

sumber: Tempointeraktif.com

Selasa, 23 Juni 2009 | 14:54 WIB

TEMPO Interaktif, Magetan: Skadron Teknik Lanud Iswahudi Magetan berhasil menghidupkan dan menerbangkan pesawat Hawk MK-53. Pesawat buatan Inggris yang dibeli pada tahun 1978 tersebut sudah lama menganggur karena mengalami kerusakan mesin.

Kepala Penerangan dan Perpustakaan Lanud Iswahjudi Mayor Sus Sutrisno mengatakan upaya menerbangkan kembali pesawat Hawk MK-53 ini merupakan keberhasilan tersendiri bagi Skadron Teknik 042 Iswahudi. Selain sudah lama tidak digunakan, kerusakan mesin pesawat tersebut sangat parah.

"Para Ground Crew (teknisi) kita bekerja keras untuk menghidupkannya. Setiap uji coba mesin mengandung tingkat kegagalan tinggi," kata Sutrisno, Selasa (23/6).

Dia mencontohkan, salah satu uji coba yang paling rumit untuk menghidupkan kembali burung besi ini adalah pada tahapan ground running full performance test. Para teknisi dituntut teliti dan sabar dalam memperhitungkan kelembaban serta arah dan kecepatan angin agar sesuai dengan karakteristik mesin. Jika uji coba tersebut gagal dilakukan, pesawat tersebut terancam tidak akan bisa dipergunakan kembali.

"Kami mencobanya pada pukul 03.00 - 06.00 WIB kemarin untuk memenuhi kondisi itu. Alhamdulillah berhasil," kata Sutrisno.

Kesulitan lain yang dihadapi personil Skatek 042 yang dipimpin Mayor Tek Eko Fibriyanto ini adalah pengepasan ring mesin pesawat. Sebab pemasangan satu mesin saja diperlukan waktu hingga dua pekan.

Dengan beroperasinya pesawat Hawk MK-53 ini, jumlah pesawat tempur yang dimiliki Lanud Iswahjudi menjadi bertambah. Mereka adalah pesawat F-16/Fighting Falcon yang dimiliki Skadron Udara 3, pesawat -5/Tiger yang dimiliki Skadron Udara 14, dan pesawat Hawk MK-53 milik Skadron Udara 15. Menurut Sutrisno, pesawat Hawk MK-53 ini masuk ke Indonesia pada tanggal 29 September 1980. Masa pakai pesawat tersebut akan habis pada tahun 2011 mendatang.

HARI TRI WASONO

Suku Cadang Pesawat Tempur Jelek Ditolak

Selasa, 23 Juni 2009 | 13:43 WIB

TEMPO Interaktif, Magetan: Komandan Lapangan Udara (Lanud) Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedra meminta personilnya untuk berani menolak suku cadang pesawat yang tidak layak. Hal ini untuk mengurangi resiko kecelakaan akibat pemasangan onderdil pesawat di luar standar.

"Demi keselamatan terbang, anak buah harus berani menolak jika disuruh memasang suku cadang pesawat yang tidak sesuai standar," kata Bambang, Selasa (23/6).

Menurut Bambang, tragedi kecelakaan pesawat terbang yang terjadi akhir-akhir ini mendapat perhatian serius dari Asisten Operasi Kasau Marsekal Muda TNI Panji Utama. Terlebih lagi beberapa musibah tersebut disebabkan oleh ketidaklayakan onderdil pesawat yang tetap dipaksakan untuk terbang.

"Mabes AU terus berupaya meningkatkan fasilitas pendukung penerbangan di Skadron Udara. Jangan berkecil hati dengan anggaran yang minim," kata Bambang.

Saat ini, Skadron Terbang Lanud Iswahjudi tengah berusaha meningkatkan kegiatan latihan terbang meski hanya memiliki satu pesawat latih. Kondisi ini secara langsung berdampak pada minimnya pencapaian am terbang di tengah minimnya anggaran yang diterima. Namun demikian, Mabes TNI AU akan memberikan dukungan anggaran perorangan berupa peningkatan tunjangan, asuransi, pemenuhan kebutuhan operasional, dan fasilitas keselamatan.

HARI TRI WASONO

Suku Cadang Pesawat Tempur Jelek Ditolak

sumber: Tempointeraktif.com

Selasa, 23 Juni 2009 | 13:43 WIB

TEMPO Interaktif, Magetan: Komandan Lapangan Udara (Lanud) Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedra meminta personilnya untuk berani menolak suku cadang pesawat yang tidak layak. Hal ini untuk mengurangi resiko kecelakaan akibat pemasangan onderdil pesawat di luar standar.

"Demi keselamatan terbang, anak buah harus berani menolak jika disuruh memasang suku cadang pesawat yang tidak sesuai standar," kata Bambang, Selasa (23/6).

Menurut Bambang, tragedi kecelakaan pesawat terbang yang terjadi akhir-akhir ini mendapat perhatian serius dari Asisten Operasi Kasau Marsekal Muda TNI Panji Utama. Terlebih lagi beberapa musibah tersebut disebabkan oleh ketidaklayakan onderdil pesawat yang tetap dipaksakan untuk terbang.

"Mabes AU terus berupaya meningkatkan fasilitas pendukung penerbangan di Skadron Udara. Jangan berkecil hati dengan anggaran yang minim," kata Bambang.

Saat ini, Skadron Terbang Lanud Iswahjudi tengah berusaha meningkatkan kegiatan latihan terbang meski hanya memiliki satu pesawat latih. Kondisi ini secara langsung berdampak pada minimnya pencapaian jam terbang di tengah minimnya anggaran yang diterima. Namun demikian, Mabes TNI AU akan memberikan dukungan anggaran perorangan berupa peningkatan tunjangan, asuransi, pemenuhan kebutuhan operasional, dan fasilitas keselamatan.

HARI TRI WASONO

Senin, 15 Juni 2009

Kecelakaan Helikopter TNI AU Panglima: Sanksi untuk KSAU Tunggu Evaluasi

Senin, 15/06/2009 15:38 WIB

Anwar Khumaini - detikNews


Jakarta - Seringnya terjadi Kecelakaan pesawat milik TNI AU tidak serta membuat KSAU Marsekal TNI Subandrio langsung diberikan sanksi. Sanksi masih menunggu evaluasi menyeluruh.

"Kejadian di TNI tentunya saya yang akan bertanggung jawab, juga di TNI AU terkait dengan masalah pembinaan tentu penanggung jawab tertinggi adalah KSAU. Itu (sanksi) akan menunggu hasil evaluasi menyeluruh," ujar Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso.

Hal itu disampaikan Djoko usai rapat terbatas (ratas) dengan Presiden SBY di Kantor Presiden Jl Veteran, Jakarta Pusat, Senin (15/6/2009).

Menurut Djoko, pengawasan dan pemeriksaan setiap tahun dilakukan internal TNI AU, Mabes TNI dan Dephan. Koordinator pengawasan berada di tangan Itjen Dephan.

"Jadi nanti gabungan supaya bisa benar-benar objektif menemukan hal-hal yang bisa kita cari. Itu yang bisa dijadikan pangkal tolak untuk mencari solusi," kata dia.

Djoko mengungkap, anggaran pemeliharaan dialokasikan kepada kebutuhan alat utama sistem senjata (alutsista) yang ada. Sedangkan untuk pemeliharaan bisa dilakukan di luar TNI AU dan ada tim komisi yang bertugas memeriksa pengadaan suku cadang.

Djoko menegaskan, pengeluaraan anggaran di tingkat TNI AU, tim Pengawasan dan Pemeriksaan (Wasrik) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sampai saat ini dilakukan dengan tertib.

"Manajemen pemeliharaan juga akan dievaluasi secara menyeluruh apakah terjadi penyimpangan. Sejauh ini tidak ada penemuan penyimpangan di dalam wasrik maupun dalam uji fungsi," tandasnya.(nik/nwk)

SBY Perintahkan Menhan & Panglima TNI Evaluasi Alutsista

Senin, 15/06/2009 13:49 WIB
Anwar Khumaini - detikNews

Jakarta - Presiden SBY meminta Menhan Juwono Sudarsono dan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso untuk melakukan evaluasi menyeluruh dan konsolidasi total terhadap semua alutsista di lingkungan TNI.

"Ini dirasakan perlu agar terjamin dan terdukung manajemen dan teknis termasuk aspek anggaran audit, anggaran mengenai alutsista TNI. Terutama karena kejadian di TNI AU," ujar Manhan Juwono Sudarsono usai rapat terbatas dengan SBY di Istana Presiden Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (15/6/2009).

Juwono mengaku telah membuat tim untuk mengaudit anggaran Dephan, Mabes TNI dan Mabes di seluruh angkatan dengan menyertakan Dirjen Dephan dan Dirjen Mabes serta Dirjen angkatan.

"Yang akan kita capai adalah zero tolerance. Segera akan ditandatangani dalam waktu dekat," imbuh Juwono.

Dia menambahkan, prioritas anggaran di bidang alutsista lebih mengutamakan keselamatan operasi penerbangan. Oleh sebab itu menurutnya, setiap alutsista yang dipakai jumlahnya akan dioperasikan secara terbatas. Dukungan pemeliharaan lebih diutamakan untuk keselamatan penerbangan baik pesawat maupun helikopter.

"Dari segi itu, dalam keterbatasan kita tetap mengamankan aspek anggaran perawatan dan pemeliharaan untuk menjaga agar kelayakan terbang setiap alutsista dapat terjamin secara teknis," katanya.

Saat ditanya sampai kapan tenggat waktu yang diberikan SBY untuk menyelesaikan masalah ini, Juwono menjawab mulai Senin ini sudah dimulai.

"Khusus tim audit Dephan, Mabes dan Angkatan akan saya tandatangani hari ini. Tenggat waktu kerja mulai hari ini hingga akhir Juli," tandasnya.(nik/iy)

Komisi I DPR Desak TNI Terbuka Audit Alutsista

Senin, 15/06/2009 11:51 WIB
Reza Yunanto - detikNews

TNI

Jakarta - Jatuhnya pesawat TNI secara beruntun dalam waktu berdekatan dinilai tidak wajar. TNI diminta terbuka untuk dilakukan audit terhadap alat utama sistem senjata (alutsista).

"Kami berharap agar terbuka dilakukan audit terhadap alutsista kita. Karena, kita tidak tahu apa penyebab jatuhnya pesawat itu. Dengan audit saya kira itu langkah yang tepat untuk mengetahui apa masalahnya," ujar Wakil Ketua Komisi I Yusron Ihza Mahendra di Gedung DPR, Jakarta, Senin(15/6/2009).

Yusron juga mengatakan Komisi I DPR akan melakukan rapat internal guna membentuk tim yang secara khusus akan mengkaji persoalan alutsista TNI.

Selain melakukan pengkajian alutsista, lanjut Yusron, Komisi I DPR juga mendesak Departemen Pertahanan segera menyelesaikan blueprint pertahanan.

"Kami sudah mendesak blueprint ini diselesaikan sejak setahun lalu," ujar politisi PBB ini.

Yusron menuturkan bahwa jatuhnya pesawat TNI secara beruntun ini menjadi perhatian serius Komisi I DPR. Karena itu Komisi I juga akan memanggil Panglima TNI dan Menhan secepatnya untuk dimintai penjelasannya.

"Mungkin bisa lebih cepat dari agenda semestinya kita rapat dengan mereka, tapi tanggalnya belum pasti," kata dia.(Rez/aan)

Banyak Pesawat & Heli Jatuh, TNI Lebih Selektif Operasi Penerbangan

Senin, 15/06/2009 11:47 WIB
Anwar Khumaini - detikNews

Heli Puma TNI (dok detikcom)

Jakarta - Dalam 2 bulan terakhir sudah ada 4 helikopter dan pesawat terbang milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang jatuh. TNI pun akan lebih selektif melakukan operasi penerbangan.

"Maksudnya begini kita selektif terhadap operasi penerbangan. Jadi bukan dihentikan," ujar Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso sebelum mengikuti rapat terbatas tentang Hankam di Kantor Presiden, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Senin (15/6/2009).

Pernyataan Djoko tersebut menanggapi imbauan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) agar TNI membatasi terbang pesawat dan helikopternya.

"Misalkan saat ulang tahun TNI kita tidak melakukan fly pass. Pengangkutan alat-alat logistik KPU, jika cuaca tidak mendukung ya tidak kita lakukan. Jadi kita lebih selektif," imbuhnya.

Sebenarnya, imbuh dia, TNI telah melakukan peremajaan alat utama sistem pertahanan (alutsista) seperti penambahan alutsista. "Yang signifikan seperti penambahan pesawat Sukhoi, 4 corvet dan lain-lain," jelas Djoko yang kali ini akan melapor ke presiden terkait jatuhnya helikopter Puma di Bogor itu.(nwk/iy)

Minggu, 14 Juni 2009

Helikopter Jenis Puma Jatuh di Bogor


Pesawat helikopter jenis Puma dikabarkan jatuh di kawasan Bogor, Jawa Barat.
Jum'at, 12 Juni 2009, 15:08 WIB
Ismoko Widjaya
(ANTARA/R. Rekotomo)

VIVAnews - Pesawat helikopter jenis Puma dikabarkan jatuh di kawasan Bogor, Jawa Barat. Belum ada keterangan resmi apakah helikopter itu milik TNI atau bukan.

Informasi yang didapat VIVAnews, helikopter jenis Puma itu dikabarkan jatuh di sekitar Lapangan Udara Atang Senjata, Bogor, Jumat, 12 Juni 2009.

Hingga kini belum ada keterangan resmi dari pihak TNI Angkatan Udara. Insiden pesawat jatuh terakhir milik TNI Angkatan Darat. Helikopter jenis Bolkow menabrak tebing dan jatuh di kawasan Cianjur Selatan, Jawa Barat.

Akibat kecelakaan itu tiga orang tewas. Tiga korban tewas merupakan anggota Komando Pasukan Khusus yang sedang bertugas di kawasan itu.

Laporan: Ayatullah Khumaeni l Bogor


ismoko.widjaya@vivanews.com

• VIVAnews

Sabtu, 13 Juni 2009

Heli TNI Jatuh di Bogor Jenazah Lettu Wisnu Dimakamkan

Sabtu, 13/06/2009 17:58 WIB
Muchus Budi R. - detikNews

Solo - Jenasah Lettu Wisnu Murti Wardana, Sabtu (13/6/2009), dimakamkan dalam suasana khidmat dan penuh keharuan. Salah satu korban kecelakaan helikopter puma milik TNI AU tersebut dimakamkan di makam keluarga di Sukoharjo.

Jenasah diberangkatkan dari rumah duka Jalan Apel IIII/3 No 5, Jajar, Solo, menuju pemakaman keluarga di Pabelan, Katosuro, Sukoharjo. Pemakaman perwira pertama TNI AU tersebut dilakukan secara militer dipimpin Dan Lanud Adi Soemarmo, Kol Heri Irsal.

Selain dihadiri keluarga dan kerabat, tampak hadir rekan-rekan almarhum dari TNI maupun beberapa pejabat TNI dan Polri setempat. Karangan bunga juga datang dari kesatuan tempatnya bertugas.

Wisnu adalah lulusan Akmil AU tahun 2004 dan langsung melanjutkan ke pendidikan penerbang. Dia bertindak selaku co-pilot pesawat helikopter jenis puma yang mengalami naas di Lenud Atang Sendjaja kemarin.(mbr/djo)

Heli TNI AU Jatuh di Bogor Danlanud Atang Sendjaja Bantah Kanibalisme Suku Cadang

Sabtu, 13/06/2009 13:10 WIB
Anwar Hidayat - detikNews

Bogor - Sulitnya suku cadang pesawat milik TNI Angkatan Udara diduga memunculkan praktek kanibalisme sehingga kerap terjadi kecelakaan. Namun, Komandan Pangkalan Udara Atang Sendjaja (ATS), Marsekal Pertama TNI BA Margono, membantah tudingan itu.

"Tidak juga. Untuk perawatan tidak menggunakan kanibalisme," kata Margono saat dikonfirmasi sejumlah wartawan terkait kemungkinan kanibalisme suku cadang pesawat Helikopter Puma tersebut di TMP Dredet, Jl Pahlawan, Sukasari, Bogor Selatan, Sabtu (13/6/2009).

Margono menegaskan, walau telah terjadi kecelakaan terhadap salah satu pesawatnya itu, pihaknya tetap akan melakukan perawatan secara rutin kepada pesawat yang ada di lingkungannya. "Untuk perawatan rutin, mulai ringan sampai berat terus ada di ATS," jelasnya.

Sementara itu, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Marsekal (Purn) Tatang Kurniadi mengimbau kepada seluruh pengguna helikopter yang menggunakan sistem kemudi autopilot harus berhati-hati. "Sebab penggunaan sistem autopilot helikopter di Indonesia ini sangat banyak," ujarnya.

Tatang mengaku belum bisa mengungkapkan lebih detail tentang penyelidikan kecelakaan Heli Puma milik TNI AU itu. "Untuk penyelidikan heli masih terus dilanjutkan. Untuk penyelidikan terhadap pesawat militer dan sipil sama saja," kata dia.

Sementara itu dari pantauan detikcom di lokasi kejadian di kawasan Lanud Atang Sendjaja, helikopter Puma itu masih ditutup terpal besar berwarna hujau. Lokasi menuju Lanud Atang Sendjaja pun masih dijaga ketat oleh sejumlah prajurit TNI AU.(zal/aan)

Heli TNI Jatuh di Bogor Jenazah Lettu Wisnu Tiba di Rumah Duka

Sabtu, 13/06/2009 12:54 WIB
Muchus Budi R. - detikNews

Solo - Jenazah Lettu Wisnu Murti Wardana, Sabtu (13/6/2009) siang tiba di rumah duka di Solo. Kedatangannya disambut tangis histeris oleh keluarga dan kerabat. Bahkan ibunda almarhum jatuh pingsan karena terpukul atas kematian almarhum.

Jenasah tiba di rumah duka Jalan Apel IIII/3 No 5, Jajar, Solo. Tangis langsung meledak ketika peti jenazah co-pilot Helikopter Puma naas itu dibawa masuk ke rumah duka. Bahkan ibunda almarhum, Sri Rumiyatun, yang mengiringi jenazah dari Jakarta, tak kuasa menahan emosi hingga akhirnya pingsan ketika sampai di rumah.

Tangis kerabat dan keluarga juga meledak setelah menyaksikan kesedihan Sri Rumiyatun. Menurut rencana, almarhum Wisnu akan dimakam hari ini pemakaman keluarga di Kartosuro, Sukoharjo.

Wisnu adalah lulusan Akmil AU tahun 2004 dan langsung melanjutkan ke pendidikan penerbang. Sejak kecil, kata sejumlah kerabat, putra kedua pasangan Sarjoko Suprapto dan Sri Rumiyatun ini bercita-cita menjadi seorang penerbang.(/djo)

Diterbangkan Lewat Halim, Mayor Sobiq Dikuburkan di Magelang

Sabtu, 13/06/2009 06:31 WIB

foto: Mayor (Pnb) Sobiq
Jakarta - 2 Jenazah korban heli jatuh di Bogor dibawa ke Halim Perdanakusumah. Alamrhum Mayor (pnb) Sobiq Fanani dan Lettu Wisnu, dikuburkan di daerah asal mereka di Magelang dan Solo.

"Sesuai keinginan keluarga Mayor Sobiq di Magelang dan Lettu Wisnu ke Solo," jelas Perwira di Lanud Atang Sanjaya Mayor Adam saat dihubungi melalui telepon, Sabtu (13/6/2009) pukul 06.00 WIB.

Sedang 2 jenazah lainnya Sertu Dodi dikuburkan di Kalijati, Subang, Jawa Barat dan Serka Ferdinan dikuburkan di TMP Deredet, Bogor.

"Semua sesuai keinginan keluarga," tutupnya.(ndr/)

Heli TNI AU Jatuh di Bogor Upacara Militer digelar, Jenazah Diserahkan ke Keluarga

Sabtu, 13/06/2009 06:24 WIB

Indra Subagja - detikNews

foto: ilustrasi
Jakarta - Upacara militer pelepasan jenazah korban heli jatuh di Lanud Atang Sendjaja telah dilakukan. Dipimpin Danlanud Marsekal Pertama Bambang Agus Utomo, upacara berlangsung khidmat.

"Berlangsung selama 15 menit. Dimulai pukul 05.00 WIB," kata Perwira di Lanud Atang Sanjaya Mayor Adam saat dihubungi melalui telepon, Sabtu (13/6/2009) pukul 06.00 WIB.

Selanjutnya 3 jenazah yakni Mayor (pnb) Sobiq Fanani, Lettu Wisnu, dan Sertu Dodi diserahkan kepada keluarga untuk dikuburkan di daerah masing-masing. Sedang Serka Ferdinan dikuburkan di TMP Deredet. Dengan berbalut merah putih, peti jenazah dibawa ke ambulans.

"Pukul 05.25 WIB, jenazah dimasukkan ke ambulans. Dan 3 jenazah dibawa untuk dikuburkan sesuai keinginan keluarga," jelas Adam.(ndr/)

Heli TNI Jatuh di Bogor Keluarga 4 Korban Heli Jatuh Tunggui Jenazah di Hanggar

Sabtu, 13/06/2009 01:50 WIB
Anwar Hidayat - detikNews

foto: ilustrasi

Bogor - Duka menyelimuti Lanud Atang Sendjaja. Keluarga serta perwira, dan prajurit TNI AU berkumpul di hanggar VIII, tempat jenazah disemayamkan. Rona kesedihan tampak di wajah-wajah mereka.

Pantauan detikcom, Jumat (12/6/2009) malam pukul 23.30 WIB, jenazah yang telah dimasukkan dalam peti itu diletakkan di tengah hanggar. Sedang keluarga dan para personil TNI AU berada di sekitar, duduk di kursi-kursi yang berjejer.

Istri almarhum Mayor (pnb) Sobiq Fanani, Farida (35) yang mengenakan pakaian muslim tampak terduduk lemas, ditemani kerabatnya. Demikian pula istri dari kopilot Lettu Wisnu, Lettu Ronny, Serka Epram, dan Serka Ferdinan.

Sedang di lokasi, sejumlah provost dan prajurit TNI AU berjaga dengan ketat. Para jurnalis satu persatu diperkenankan mengambil gambar sekitar 2 menit.

Rencananya pada Sabtu (13/6/2009) pukul 08.00 WIB, akan dilakukan upacara militer di hanggar tersebut. Dan kemudian jenazah akan dimakamkan di TMP Deredet.
(ndr/)

Jumat, 12 Juni 2009

Heli TNI AU Jatuh di Bogor, Mayor (pnb) Sobiq Tinggalkan 2 Putri yang Masih Kecil

Jumat, 12/06/2009 21:50 WIB

Amanda Ferdina - detikNews

Jakarta - Bendera kuning terpasang di kediaman Mayor (pnb) Sobiq Fanani, di komplek perwira TNI AU di Lanud Atang Sendjaja, Bogor. Duka menyelimuti keluarga muda ini. Sang pemimpin keluarga meninggal dunia saat tengah uji coba terbang heli puma.

"Pak Sobiq meninggalkan istri Farida Fanani (35), serta 2 orang putri yang masing-masing duduk di TK dan kelas 3 SD," kata ibu yang enggan disebutkan namanya, yang juga tetangga almarhum saat ditemui di Blok F III No I, Kompleks Perumahan perwira Lanud Atang Sendjaja, Bogor, Jumat (12/6/2009)

Keluarga Sobiq kini tengah berkumpul di rumah sakit menunggu proses pengurusan jenazah. Belum ada rencana pasti lokasi penguburan almarhum, meski ada yang mengatakan akan dilakukan di Magelang.

Seorang tetangga lainnya, yang dekat dengan keluarga almarhum membisikkan, bila rencana penguburan masih menunggu kedatangan seluruh anggota keluarga dari Magelang, Jambi, dan Sawangan.
(ndr/asy)

Heli TNI AU Jatuh di Bogor, Sobiq Tak Sempat Cicipi Makanan di Pernikahan Tetangga

Jumat, 12/06/2009 21:36 WIB

Amanda Ferdina - detikNews

Jakarta - Mayor (pnb) Sobiq Fanani tak sempat mencicipi makanannya di kenduri pernikahan tetangganya. Panggilan tugas, membuat dia harus pergi untuk menerbangkan heli Puma. Tak dinyana, ternyata penerbangan itu merenggut nyawanya.

"Jadi tadi bapak menyaksikan dulu ada yang menikah, foto-foto segala. Terus pas mau makan ditelepon untuk terbang. Kata saya dan istrinya kasihan banget bapak enggak makan dulu," jelas tetangganya, seorang ibu yang enggan disebutkan namanya, di Blok F III No I, Kompleks Perumahan perwira Lanud Atang Sendjadja, Bogor, Jumat (12/6/2009).

Sobiq dikenal tetangga sebagai pria yang ramah dan selalu murah senyum. "Dia pendiam, kalau kita godain dia hnaya tersenyum," jelas ibu itu.

"Almarhum olahragawan yang baik hati," timpal tetangga yang lain.

Kini, tetangga dan keluarga telah dijemput pihak TNI AU untuk melihat kondisi jenazah Sobiq yang terbaring di rumah sakit. Sedang di depan rumah terparkir Mitsubishi Lancer bernopol F 1616 BN. Seorang petugas provost TNI AU berjaga di depan rumah yang telah terpasang bendera kuning.

Pemakaman Sobiq direncanakan dilakukan di kampung halamannya di Magelang. Namun menurut informasi, keputusan pastinya baru akan diambil setelah seluruh keluarga dari Magelang, Jambi, dan Sawangan datang.(ndr/asy)

Heli TNI AU Jatuh di Bogor, 4 Korban Disemayamkan di Lanud Atang Sendjadja

Jumat, 12/06/2009 20:59 WIB

Elvan Dany Sutrisno - detikNews

Sobiq Fanani (foto: Facebook)

Jakarta - Empat jenazah korban Heli Puma H 3306 yang jatuh akan disemayamkan di skuadron udara VIII, Landasan Udara (Lanud) Atang Sendjadja. Sebelum dimakamkan akan dilakukan upacara militer terlebih dahulu.

"Jenazah Pak Sobiq bersama 3 jenazah lainnya akan di bawa ke skuadron udara VIII Bogor untuk disemayangkan," ujar Arief, staff (alm) Mayor Sobiq.

Hal ini disampaikan Arief kepada detikcom di Kompleks Perumahan Perwira Lanud Atang Sendjadja Blok F 3 No I, Bogor, Jumat (12/6/2009).

Terkait lokasi pemakaman Mayor Sobiq, Arief mengaku belum tahu karena masih menunggu keterangan dari pihak keluarga. "Untuk Mayor Sobiq kita masih menunggu konfirmasi dari keluarga dari Magelang, belum ada kepastian" katanya.

Menurut Arief, keempat korban heli jatuh pilot Mayor Sobiq, kopilot Lettu Wisnu, Lettu Ronny, Serka Epram, dan Serka Ferdinan semuanya ada di Perumahan Perwira Lanud Atang Sendjadja.

"Hanya bloknya saja yang berbeda," tandasnya. (did/gah)

Heli TNI AU Jatuh di Bogor, Automatic Pilot Heli Rusak, Pernah Jalani Rawat Berat di Bandung

Jumat, 12/06/2009 19:28 WIB

Amanda Ferdina - detikNews

Jakarta - Sebelum jatuh di Lanud Atang Sendjadja, heli Puma H 3306 rupanya bermasalah pada automatic pilot. Sejak 6 bulan lalu, heli milik TNI Angkatan Udara (AU) itu menjalani perawatan berat di Bandung, Jawa Barat.

"Automatic pilot bermasalah 6 bulan lalu dan menjalani perawatan berat di Bandung," Panglima Komando Operasi TNI AU I Marsekal Muda Iman Sufaat di RS Atang Sendjadja, Bogor, Jumat (12/6/2009).

Iman mengatakan, sebenarnya, perawatan berat heli tersebut telah selesai. Sebelum jatuh, heli buatan Prancis itu memang sedang diuji coba terbang.

"Diuji dua kali, sebelum jumatan sudah diuji dan dinyatakan baik," kata Iman.

Kecelakaan heli yang dipakai TNI AU sejak 1978 itu menyebabkan 4 orang meninggal dunia termasuk pilot Mayor (pnb) Sobiq Fanani dan kopilot Lettu (pnb) Wisnu. Sedang 3 teknisi selamat namun luka parah dan dirawat di RS Atang Sendjadja, Bogor.(ken/gah)

Heli TNI AU Jatuh di Bogor Heli Puma Sempat Diuji Sebelum Jumatan, Hasilnya Baik

Jumat, 12/06/2009 19:16 WIB
Amanda Ferdina - detikNews


Jakarta - Uji terbang heli Puma, yang jatuh di Lanud Atang Sendjadja rupanya tidak hanya dilakukan sekali. Sebelum salat Jumat, kendaraan milik TNI Angkatan Udara (AU) itu bahkan sempat dinyatakan baik.

"Sebelum salat Jumat sudah diuji coba terbang dan sudah dinyatakan baik," kata kata Panglima Komando Operasi TNI AU I Marsekal Muda Iman Sufaat di RS Atang Sendjadja, Bogor, Jumat (12/6/2009).

Namun Iman belum mengetahui mengapa heli bernomor H 3306 itu bisa jatuh pada uji coba kedua. "Belum diketahui kenapa pada uji terbang kedua justru jatuh," kata Iman.

Kecelakaan heli yang dipakai TNI AU sejak 1978 itu menyebabkan 4 orang meninggal dunia termasuk pilot Mayor (pnb) Sobiq Fanani dan kopilot Lettu (pnb) Wisnu. Sedang 3 teknisi selamat namun luka parah dan dirawat di RS Atang Sendjadja, Bogor.(ken/asy)

Heli TNI Jatuh di Bogor, Komisi I DPR Bentuk Tim Kaji Alutsista

Jumat, 12/06/2009 19:12 WIB

Reza Yunanto - detikNews

Helikopter Puma (tni-au.mil.ad)

Jakarta - Jatuhnya pesawat TNI secara beruntun dalam waktu berdekatan mengundang keprihatinan. Karena itu DPR mendesak pemerintah segera mengaudit alat utama sistem pertahanan (alutsista).

Demikian diungkapkan Wakil Ketua Komisi I DPR Yusron Ihza Mahendra kepada wartawan di Gedung DPR menanggapi insiden jatuhnya heli TNI AD di Lanud Atang Senjaya, Jawa Barat, Jumat (12/6/2009).

"Komisi I juga sedang menjajaki membentuk tim khusus komisi I untuk mengkaji alutsista. Kita sudah mendesak agar pemerintah utk serius," jelasnya.

Selain mendesak audit, politisi PBB ini juga meminta adanya penyelidikan super serius atas insiden tersebut. Pemerintah dan TNI juga diminta tidak menyalahkan cuaca setiap ada musibah kecelakaan pesawat.

Soal anggaran militer, adik Yusril Ihza Mahendra ini tak menyangkal jika besarnya anggaran militer masih minim. Komisi I menurutnya akan mendesak agar Dephan dan TNI mendapat tambahan anggaran Rp 10 Triliun untuk tahun 2010.

Ketika ditanya apakah Panglima TNI perlu dievaluasi atas musibah ini, Yusron tidak menutup kemungkinan itu.

"Kita belum ke arah sana, tetapi Senin akan rapat internal," tandasnya.(Rez/gah)

Heli TNI AU Jatuh di Bogor, Pilot dan Kopilot Ikut Tewas

Jumat, 12/06/2009 18:45 WIB

Amanda Ferdina - detikNews

Sobiq Fanani (foto: Facebook)

Jakarta - 2 Korban tewas tambahan helikopter Puma yang jatuh di Lanud Atang Sendjadja ternyata adalah pilot Mayor (pnb) Sobiq Fanani dan kopilot Lettu Wisnu. Sebelumnya keduanya dilaporkan dalam kondisi luka parah.

"4 Korban tewas pilot Mayor Sobic, kopilot Lettu Wisnu, Serka Dodi, dan Serka Catur Heli," kata Panglima Komando Operasi TNI AU I Marsekal Muda Iman Sufaat.

Hal itu disampaikan Iman saat menjenguk korban di RS Atang Sendjadja, Bogor, Jumat (12/6/2009).

"Jenazah akan dimakamkan besok tapi untuk tempatnya masih akan dikompromikan dengan keluarga," kata Iman.

Sementara itu 3 teknisi yakni Serka Ferdinan, Serka Epram dan Lettu Ronny masih dalam perawatan intensif di rumah sakit tersebut. (ken/asy)

Heli TNI AU Jatuh di Bogor, Korban Meninggal Bertambah 2, Total 4 Orang

Jumat, 12/06/2009 18:24 WIB
Amanda Ferdina - detikNews


Jakarta - Korban tewas jatuhnya helikopter Puma milik TNI Angkatan Udara (AU) bertambah 2 orang. Dengan begitu, total korban meninggal dunia menjadi 3 orang.

Belum diketahui pasti identitas 2 korban tewas tersebut. "Saya memandikan 2 jenazah yang awal tadi terus tambahannya 2 orang lagi," kata petugas pemandi jenazah RS Atang Sendjaja, Jumat (12/6/2009).

Sebelumnya diberitakan, 5 orang menderita luka parah dan dirawat intensif di RS Atang Sendjadja. 2 Korban tewas sebelumnya adalah teknisi pesawat Serka Dodi dan Serka Catur Heli.

Sementara 5 orang lain yang berada dalam heli nahas itu adalah pilot Mayor Sobiq, kopilot Lettu Wisnu, Lettu Ronny, Serka Epram, dan Serka Ferdinan. Kelima orang itu luka parah bahkan salah satu di antaranya kritis. (ken/anw)

Heli TNI AU Jatuh di Bogor, Saksi: Helikopter Meledak Sebelum Jatuh dan Terbakar

Jumat, 12/06/2009 18:18 WIB

Elvan Dany Sutrisno - detikNews

Helikopter Puma (tni-au.mil.ad)

Jakarta - Helikopter TNI AU ternyata meledak sebelum jatuh mendarat di lanud Atang Sendjaja Bogor. Menurut saksi mata pesawat terlihat terbang rendah kemudian terdengar suara ledakan keras.

"Pesawatnya saya lihat terbang rendah ke Lanud Atang Sendjaja, tau-tau turun cepat sekali terus meledak di bawah, bumm.., setelah itu baru terbakar," ujar
saksi mata, Nani (35) pemilik toko yang terletak 100 meter dari lokasi jatuhnya pesawat saat ditemui detikcom di rumahnya, Jumat (12/6/2009).

Nani mengatakan, tidak lama setelah kejadian yang terjadi pukul 14.15 WIB itu datang dua mobil pemadam kebakaran untuk memadamkan api." Kemudian helikopter mengeluarkan asap lebat mengepul," kata Nani.

Menurut mitos warga sekitar Lanud Atang Sendjaja, seperti diceritakan Nani, jika lampu sorot dilintasan lanud saat itu menyala semua berarti pertanda akan ada yang meninggal.

"Puluhan lampu sorot menyala semua pertanda akan ada yang meninggal. Biasanya 2 atau 3 lampu saja yang menyala," imbuhnya. (mpr/anw)

Heli TNI AU Jatuh, Panglima TNI akan Jenguk Korban

Jumat, 12/06/2009 17:56 WIB
Amanda Ferdina - detikNews


Jakarta
- 5 Korban luka jatuhnya helikopter Puma milik TNI Angkatan Udara masih dirawat intensif di RS Atang Sendjaja, Bogor. 2 orang tewas juga masih berada di kamar jenazah rumah sakit tersebut.

Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso berencana menjenguk para korban helikopter naas tersebut. "Nanti Panglima TNI akan jenguk para korban," kata seorang sumber terpercaya di RS Atang Sendjaja, Jumat (12/6/2009).

Namun kapan Panglima akan tiba di rumah sakit itu, belum diketahui pasti. "Pokoknya nanti, persiapan sudah dilakukan," katanya.

Heli Puma yang hancur setelah jatuh di Lanud Atang Sendjaja berisi 2 kru dan 5 penumpang. Heli tersebut terbang dalam rangka uji terbang setelah perawatan.

2 Korban tewas dalam kecelakaan itu adalah teknisi pesawat Serka Dodi dan Serka Catur Heli. Sementara 5 orang lain yang berada dalam heli naas itu adalah pilot Mayor Sobic, kopilot Lettu Wisnu, Lettu Ronny, Serka Epram, dan Serka Ferdinan. Kelima orang itu luka parah bahkan salah satu di antaranya kritis.(ken/iy)

Pesawat TNI Jatuh Lagi Yusron: Pemerintah Harus Sikapi dengan Sangat Luar Biasa

Jumat, 12/06/2009 17:55 WIB

Muhammad Nur Hayid - detikNews


Jakarta
- Alat angkut udara milik TNI kembali jatuh lagi. Dinilai ada proses yang tidak wajar, mengingat jatuhnya pesawat dan heli itu terjadi dalam waktu yang sangat dekat. Untuk itu perlu ada perbaikan menyeluruh.

"Alutsista memprihatinkan. Ini suatu peristiwa keanehan yang luar bisa tentang kejatuhan pesawat yang berulang. Pemerintah tidak boleh main-main dalam hal ini, dengan kondisi perawatan kita," kata Wakil Ketua Komisi I DPR Yusron Ihza Mahendra saat dihubungi melalui telepon, Jumat (12/6/2009).

Yang perlu dijaga, jangan sampai peristiwa ini justru mengganggu semangat tempur prajurit TNI. "Jangan melemahkan semangat prajurit di saat kita tegang sama masalah di Ambalat, ini berulang. Pemerintah harus anggap ini sangat luar biasa. Saya kira Komisi I akan mendesak serius mengenai Alutsista itu," terangnya.

Untuk itu, lanjut Yusron, kini bukan saatnya lagi untuk bicara, yang harus dilakukan berbuat secara nyata di lapangan.

"Kalau ada pemeriksaan lebih baik diserahkan kepada tim independen. Biar evaluasi ada terbuka dan mengambil pelajaran," tutupnya.(ndr/iy)

Heli TNI AU Jatuh Kondisi Korban Tewas Mengenaskan

Jumat, 12/06/2009 17:31 WIB

Amanda Ferdina - detikNews


Bogor - Serka Dodi dan Serka Catur Heli, dua korban tewas akibat heli jenis Puma milik TNI Angkatan Udara yang jatuh di Lanud Atang Sendjaja, Bogor sangat mengenaskan. Keduanya mengalami luka-luka bakar di sekujur tubuhnya.

"Keadaannya parah, hangus," ujar Nurdin, petugas yang memandikan kedua korban tewas, di RS Atang Sendjaja, Bogor, Jumat (12/6/2009).

Menurut Nurdin, lima korban lainnya juga mengalami luka yang parah. "Yang kondisinya kritis, pilot, Mayor Sobiq," imbuhnya.

Sementara itu, Nafis, pria yang juga ikut memandikan kedua korban tewas, menceritakan salah satu korban yang kondisinya kritis, Mayor Sobiq adalah sosok yang baik hati.

"Pak Sobiq orangnya baik. Dia pendiam dan suka sembahyang di Masjid Attaqwa (di kompleks lanud)," kata Nurdin.(anw/iy)

Heli TNI AU Jatuh di Bogor, Keluarga Korban Menangis Histeris di RS Atang Sendjaja

Jumat, 12/06/2009 17:13 WIB

Amanda Ferdina - detikNews


Jakarta - Keluarga korban helikopter Puma yang jatuh di Bogor mulai berdatangan ke Rumah Sakit Atang Sendjaja. Tangis histeris meliputi suasana duka setiap keluarga yang menjengguk.

Jumlah korban di RS Atang Sendjaja sebanyak tujuh orang. Dua orang tewas yaitu bintara teknis Serka Dodi dan Serka Catur Heli.

Berikut ini jumlah nama-nama korban selamat yang berhasil dihimpun dari RS Atang Sendjaja:

1.Pilot Mayor Sobic
2.Kopilot Lettu Wisnu
3.Lettu Ronny
4.Serka Epram
5.Serka Ferdinan

Pantauan detikcom, Jumat (12/6/2009) masyarakat sekitar mulai berdatangan untuk melihat-lihat suasana di rumah sakit tersebut. Penjagaan diperketat sehingga masyarakat dan wartawan tidak diizinkan untuk masuk RS.(mpr/iy)

Heli TNI AU Jatuh di Bogor, Mayor Sobiq, Pilot dan Instruktur yang Handal

Jumat, 12/06/2009 17:13 WIB

Arifin Asydhad - detikNews

Sobiq Fanani (foto: Facebook)

Jakarta - Pesawat heli Puma TNI jatuh di Lanud Atang Senjaya, Semplak, Kabupaten Bogor. Heli ini dipiloti oleh Mayor (Pnb) Sobiq Fanani. Dia yang alumnus AAU 1996 itu memiliki jam terbang tinggi, dikenal sebagai pilot dan instruktur yang handal.

Sobiq Fanani menyelesaikan studi penerbangnya di AAU Yogyakarta pada 1996. Dia kemudian menjadi pilot untuk TNI AU. Karena track recordnya bagus, Sobiq kemudian juga dipercaya menjadi instruktur para pilot.

"Dia teman saya satu angkatan. Saya kemudian di Penerbad, dia tetap ditugaskan di TNI AU. Dia sekarang jadi instruktur para pilot," kata salah seorang anggota TNI teman Sobiq Fanani yang tidak mau disebutkan namanya, kepada detikcom, Jumat (12/6/2009).

Dia menduga jatuhnya heli Puma itu akibat tidak beresnya mesin pesawat seusai diperbaiki. "Kalau human error, sepertinya tidak, karena pilot sudah jadi instruktur. Cuaca saat itu juga bagus," ungkap dia.

Sobiq Fanani mengalami luka dalam kecelakaan ini. Kopilot Lettu Wisnu juga mengalami luka. Demikian juga tiga anggota lainnya. Saat ini, kelima orang ini dirawat secara intensif di RS Atang Sendjaja, Semplak, Kabupaten Bogor. Sedangkan Serka Dodi dan Serka Catur Heli tewas dalam kecelakaan itu.

Heli Puma H3306 mengalami naas dalam penerbangan pasca perawatan rutin. Heli jatuh dan mengalami kerusakan yang sangat berat dan tidak bisa dipakai lagi. (asy/nrl)

Heli TNI AU Jatuh di Bogor, "Baru Terbang 200 Meter, Tiba-tiba Jatuh" Terdengar suara ledakan keras dan disusul dengan kepulan asap tebal.

Jum'at, 12 Juni 2009, 16:31 WIB
Amril Amarullah
(ANTARA/R. Rekotomo)

VIVAnews - Seorang saksi mata bernama Jaenudin (40) warga sekitar yang menyaksikan langsung Helikopter jenis Puma milik TNI Angkatan Udara yang jatuh di halaman komplek Lanud Atang Senjaya, Bogor, siang tadi pukul 14.20 Wib, Jumat 12 Juni 2009.

Saat itu, dia melihat heli akan diterbangkan, tetapi belum sampai ketinggian diatas 200 meter heli seperti tidak kuat lagi naik, lalu tiba-tiba terjatuh. "Yang saya lihat heli sempat mutar-mutar, lalu terjatuh dengan suara keras, dan mengeluarkan asap tebal," kata Jaenudin.

Senada dikatakan, Ahmad warga setempat, saat kecelakaan terjadi, terdengar suara ledakan keras dan disusul dengan kepulan asap dari arah Kompleks Lanud Atang Sanjaya.

Lima awak heli yang selamat terpental saat kecelakaan terjadi. Kini korban masih menjalani perawatan intensif, dua orang meninggal, tiga luka-luka.

Laporan: Ayatullah Humaeni | Bogor

• VIVAnews

Heli TNI AU Jatuh di Bogor, Puma H3306 Berusia 32 Tahun Tahun 1978, heli ini menjadi bagian dari TNI Angkatan Udara.

Jum'at, 12 Juni 2009, 16:29 WIB
Umi Kalsum
(ANTARA/R. Rekotomo)

VIVAnews - Heli Puma jenis H-3306 yang jatuh di lapangan udara Atang Sandjaya, Bogor, ternyata dibuat tahun 1977. Ini berarti usia heli sudah 32 tahun.

"Itu heli operasional. TNI AU pakai sejak tahun 1978," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsma Bambang Sulistyo kepada VIVAnews, Jumat 12 Juni 2009.

Menurut Bambang, heli itu merupakan heli buatan Prancis yang memperkuat skudron 8 TNI AU.

Namun dari penelusuran di situs TNI AU, Jumat 12 Juni 2009, pada 1984 heli ini bersama Puma H3304 sempat dipindahkan dari Skadron Udara 8 Lanud Atang Sendjaja ke Skadron Udara 17 VIP Lanud Halim Perdanakusuma, beserta beberapa personel penerbang dan teknisi menjadi kekuatan penuh organik Skadron Udara 17 VIP Lanud Halim Perdanakusuma.

• VIVAnews