Jumat, 25 Juni 2010

Pesawat Meledak, Pangdam Nyaris Celaka

DENPASAR, NusaBali Jumat, 25 Juni 2010

Acara joy flight (terbang gembira) yang melibatkan empat pesawat latih KT Woong Bee milik TNI AU di Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban, Kuta, Badung, Kamis (24/6) berujung petaka.

Diduga sempat bersenggolan, satu pesawat jatuh, lalu terbakar dan meledak. Akibatnya, Pangdam IX/Udayana Myjen TNI Rachmat Budiyanto terlontar hingga luka lecet, sementara sang pilot harus dirawat di rumah sakit.

Musibah ini terjadi Kamis sore sekitar pukul 15.30 Wita, dalam acara joy flight yang dirancang untuk disajikan di depan Muspida Bali. Kisahnya, baru 15 menit terbang dan bermanuver, pesawat latih Woong Bee dengan nomor Lambung Jupiter 830 buatan Korea yang ditumpangi Pangdam IX/Udayana, mendadak celaka.

Padahal, rencana semula, empat pesawat latih ini akan bermain manuver selama 45 menit. Menurut kesaksian warga yang menonton di pinggir Bandara Ngurah Rai, empat pesawat latih ini sedang terbang formasi ketika dua di antaranya bersenggolan, lalu jatuh dan terbakar. Hanya saja, pihak TNI AU membantah pesawat bersenggolan, melainkan karena ada masalah teknis pada pesawat yang jatuh.

Begitu jatuh, pesawat Woong Bee yang dibeli dari Korea tahun 2005 ini hangus terbakar hingga tinggal rangka saja. Pesawat yang jatuh terbakar ini adalah pesawat pertama atau captain leader. "Pesawat yang jatuh itu pesawat yang paling depan," ungkap Kabid Humas Polda Bali, Kombes Made Sugianyar.

Pesawat yang celaka ini adalah yang ditumpangi Pangdam IX/Udayana, Mayjen TNI Rachmat Budiyanto, dengan pilot Mayor Pnb Andi Wijanarko. Beruntung, Pangdam selamat dari maut dalam musibah itu, berkat kursi pelontar dan akhirnyaterjun payung. Demikian pula dengan sang pilot. Namun, sang pilot terluka parah di bagian kepala hinga harus dilarikan ke RS Sanglah, Denpasar untuk menjalani perawatan intensif.

Sedangkan Pangdam Rachmat Budiyanto hanya terluka lecet dan langsung dipapah petugas di lapangan. Pangdam masih bisa berjalan meski sedikit pincang.

Menurut Pangdam, saat pesawat mendarat di Bandara Ngurah Rai, rodanya meledak setelah menyentuh landasaan. "Saya terlempar. Saat pesawat meluncur ke depan, saya bersama pilot terlempar ke atas," katanya. "Alhamdulillah saya selamat. Tuhan masih menyelamatkan saya," lanjut Pangdam yang baru dua bulan bertugas di Bali menggantikan Mayjen TNI Hotmangaraja Pandjaitan ini.

Informasi di lapangan, empat pejabat Muspida Bali juga turut terbang dengan pesawat Woong Bee terpisah dalam acara terbang gembira di Bandara Ngurah Rai tersebut. Termasuk di antaranya Kapolda Bali Irjen Sutisna. Selain itu, ada pula Pimpinan Bank Indonesia Denpasar Jeffrey Kairupan dan Danlanud Letkol Pnb Aldrin P Mongan. Bahkan, Gubernur Bali Made Mangku Pastika juga direncakan ikut terbang. Namun, karena berhalangan, Gubernur Pastika urung mengudara pada uji coba sejak pagi hingga sore hari itu.

Khusus Kapolda Bali Irjen Sutisna, kemarin menaiki pesawat Woong Bee bernomor lambung Jupiter 470 yang dipiloti Letkol Pnb Ramot Sinaga. Pesawat ini mendarat dengan normal.

Namun, pesawat yang dinaiki Pangdam jatuh, lalu terbakar dan meledak. Beruntung, Pangdam selamat. Sedangkan sang pilot, Mayor Pnb Andi Wijanarko, terluka parah. Hingga kemarin petang, sang pilot masih dirawat di IRD RS Sanglah. Pantauan NusaBali, pilot naas ini mengalami luka serius pada bagian kepala, leher, kaki, dan tumit. Menurut Kepala IRD RS Sanglah, Krisna Wibawa, sang pilot sudah menjalani rontgen dan CT Scan. Dari pemeriksaan itu, diketahui korban mengalami luka pada beberapa bagian tubuhnya. ''Korban mengalami luka di kepala, kaki, leher, betis, dan tumit,'' ujarnya. Beruntung, dari hasil pemeriksaan medis, tidak ditemukan kelaianan seperti pendarahan ataupun patah tulang. ''Sampai saat ini kondisinya masih stabil,'' kata Krisna.

Hanya saja, dari lukanya, ditemukan serpihan logam yang berasal dari pecahan pesawat. Luka bekas serpihan pesawat ini ditemukan di bagian kepala, dada, dan paha sang pilot. ''Luka serpihan ini berada di permukaan kulit, sehingga tidak membahayakan,'' lanjutnya. Sementara, Danlanud Ngurah Rai Letkol PNB Aldrin Petrus Mongan membantah pesawat yang ditumpangi Pangdam Rachmat Budiyanto bersenggolan dengan pesawat lain hingga jatuh dan terbakar. Namun, Aldrin mengaku tidak memiliki kapasitas untuk menjawab penyebab kecelakaan pesawat latih Wong Bee buatan Korsel ini. "Nanti akan ada tim yang memeriksanya. Saya yang mengalami kecelakaan," katanya. Aldrin menambahkan, bersama Pangdam dan penumpang di tiga pesawat lainnya, mereka sedang melihat dari udara Provinsi Bali.

Di sisi lain, TNI AU masih menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat Woong Bee yang nyaris merenggut nyawa Pangdam IX/Udayana ini. Demikian pula Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) masih melakukan penyelidikan.

Menurut Kabid Humas Polda Bali, Kombes Gde Sugianyar, hingga kemarin petang belum bisa dipastikan karena harus melalui penyelidikan oleh tim ahli. Namun, lanjut Sugianyar, kemungkinan besar penyebab kecelakaan bukan karena usia pesawat. "Tidak ada tanda-tanda ke situ, hasil pengecekan tidak ada arah ke sana," katanya. "Untuk tahu pasti, kita tunggu hasil penyelidik TNI AU," kata Sugianyar.

Pesawat latih Woong Bee yang celaka di Bandara Ngurah Rai kemarin dibeli TNI AU dari Korea tahun 2005 silam. "Itu pesawat kita beli baru pada 2005. Tapi, nggak tua dan nggak muda, ya bisa saja mengalami tidak laik terbang," ujar Wakil Kepala Staf TNI AU, Marsdya TNI Sukirno Sukirno, dilansir detikcom terpisah di Bandara Halim Perdanakusumah Jakarta kemarin. "Kondisinya total loss." Dikatakan Sukirno, pesawat naas itu kemarin sore sedang melakukan latihan navigasi jarak jauh dari Jogjakarta ke Denpasar. Penerbangan tersebut merupakan latihan navigasi rutin yang dilakukan setiap hari. "Waktu akan mendarat, terjadi gangguan mesin. Karena nggak bisa dikendalikan lagi, pilot dan penumpang ejected. Keduanya selamat," tuturnya.

Namun, lanjut Sukirno, penyebab pasti musibah ini belum diketahui dan masih terus diselidiki hingga kini. "Buat memastikan itu murni masalah teknis atau human error, kita masih mengadakan penyelidikan. Kita kirim tim BPKPT ke Bali," terangnya.

Panglima TNI, Jenderal Djoko Suyanto, juga mengatakan hal senada. Menurut Djoko, pesawat latih tersebut dibuat tahun 2005. "Itu pesawat latih buatan 2005. Sekarang ini sedang dalam penyelidikan penyebabnya apa. Tidak ada korban jiwa," jelasnya.

Sementara itu, Bandara Ngurah Rai sempat ditutup selama 1 jam menyusul musibah jatuhnya pesawat TNI AU yang nyaris merenggut nyawa Pangdam. "Yah, bandara sempat kami tutup selama satu jam, sehingga sejumlah penerbangan yang berangkat dan akan mendarat di Ngurah Rai menjadi tertunda," kata General Manager PT Angkasa Pura I Ngurah Rai, Heru Legowo, saat dihubungi Antara semalam. Menurut dia, penutupan dilakukan untuk membersihkan pecahan atau puing-puing pesawat yang jatuh di sekitar landasan. "Setelah dilakukan pembersihan yang memakan waktu kurang lebih satu jam, bandara kembali dibuka," katanya.

Nah, selama bandara ditutup, sejumlah penerbangan terpaksa harus tertunda, antara lain untuk pesawat Garuda Indonesia. Heru Legowo meminta pihak pangkalan udara secepatnya dapat mengevakuasi bangkai pesawat naas tersebut. Jika dibiarkan, akan sangat mengganggu arus lalulintas penerbangan.

"Mohon pihak Lanud segera dapat mengevakuasi 'bangkai' pesawat itu, sehingga aktivitas penerbangan dapat berlangsung seperti sedia kala," katanya. 7 cr39,h,r

Tidak ada komentar:

Posting Komentar